BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut
universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang
murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan
terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air
merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak
semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing. Air
limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan
hidup yang sehat dan baik.
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk
keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran.
Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat
menjadi penyumbang pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk
keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang
lain. Keberadaan Zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih
akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan
oksigen terlarut dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar
kimia air.
Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh
terhadap fungsi dari air itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan
kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar,
kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di
dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan
organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap . Selain dari itu, bahan
buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air
organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang
terlarut di dalamnya (Agnes Anita, 2005).
Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh
secara langsung dari atmosfer melalui proses difusi dan melalui biota
berklorofil yang mampu berfotosintesis. Disamping itu juga terdapat
faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena
respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia yang sering digunakan yaitu DO
(Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical
Oxygen Demad) (Nontji, 2009 : 24)
DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut juga
dapat dijadiakn salah satu indikator apakah di perairan tersebut tercemar atau
tidak. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat
dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara
melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses
fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Standar
DO dalam air limbah menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 yang
di perbolehkan adalah minumal
0 mg/l serta maksimal yang di perbolehkan yaitu 6 mg/l. Distribusi
DO secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di
laut, dan secara kimia oksigen dipakai untuk respirasi, yaitu proses penguraian
zat-zat organik yang membutuhkan oksigen (Supangat, 2000: 57).
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang
terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada
suhu 20 °C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga
untuk mendesain sistem pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Standar
BOD dalam air limbah menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 yang
di perbolehkan adalah maksimal 12
mg/l.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui analisis kimia DO dan BOD pada sampel air limbah.
1.2.2 Tujuan Khusus:
1.
Untuk mengetahui alat
yang di gunakan analisis kimia DO
dan BOD pada sampel air limbah.
2.
Untuk mengetahui
bahan yang di gunakan dalam analisis kimia DO dan BOD pada sampel air limbah.
3.
Untuk mengetahui
langkah analisis kimia DO dan BOD pada sampel air limbah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Air Limbah
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk
menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik. Unsur – unsur dari suatu sistem
pengolahan air limbah yang modern terdiri dari :
1.
Masing – masing sumber air limbah
2.
Sarana pemrosesan setempat
3.
Sarana pengumpul
4.
Sarana penyaluran
5.
Sarana pengolahan, dan
6.
Sarana pembuangan.
Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam
sistem pengolahan air limbah yaitu jumlah dan mutu.
2.2 Ciri – Ciri
Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan
air bersih air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk
keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa analisis yang dipakai
untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan biologis dari kotoran yang
terdapat dari air limbah.
1.
Ciri – ciri fisik
Ciri – ciri fisik utama air
limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya. Bahan padat total terdiri
dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta senyawa –
senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk
mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air
kurang dari 6 jam. Warna abu – abu muda sampai setengah tua merupakan tanda
bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem
pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air
limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat
mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana
pengolahan air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida,
senyawa – senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk
pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau
hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih
karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah
biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga tergantung pada letak
geografisnya.
2.
Ciri – Ciri Kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan
TOC pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas,
Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen
dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum
diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian –
pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, ph serta alkalinitas diperlukan untuk
mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan. (Linsley.K.R. 1995)
2.3 Jenis Air Limbah
Jenis
yang pertama adalah air buangan dari sisa kegiatan rumah tangga yang berasal
dari pemukiman penduduk. Umumnya air limbah ini merupakan gabungan dari sisa
kegiatan kamar mandi, sisa kegiatan dapur seperti memasak dan mencuci piring,
dan sampah cair. Pada umumnya air limbah rumah tangga berbahan organik.
Kemudian
yang kedua adalah air buangan dari industri. Air ini berasal dari kegiatan
industri yang merupakan sisa dari proses produksi. Oleh karena itu zat-zat yang
terkandung didalamnya tergantung dari industri tersebut sesuai bahan baku yang
dipakai. Beberapa zat yang umum ditemukan dalam air limbah industri adalah zat
pelarut, logam berat, mineral, zat pewarna, garam, lemak, amoniak, sulfida,
nitrogen dan sebagainya.
2.4 Pengertian
oksigen terlarut (DO)
Oksigen
terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen
demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air.
Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen
(O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter
ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti kob dan kod.
2.5 Dampak Oksigen terlarut (DO) Yang Terkandung Di Dalam Air Limbah
Pengurangan oksigen (O2) dalam air pun tergantung
pada banyaknya partikel organik dalam air yang membutuhkan perombakan oleh
bakteri melalui proses oksidasi. Makin banyak partikel organik, maka makin
banyak aktivitas bakteri perombak dan makin banyak oksigen yang dikonsumsi
sehingga makin berkurang oksigen dalam air (Lesmana, 2005).
Oksigen (O2) terlarut dalam air secara ilmiah
terjadi secara kesinambungan. Organisme yang ada dalam air pertumbuhannya
membutuhkan sumber energi seperti unsur carbon (C) yang diperoleh dari bahan
organik yang berasal dari ganggang yang mati maupun oksigen dari udara. Dan
apabila bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat masuknya limbah
aktivitas (seperti limbah organik dari industri), yang berarti suplai karbon
(C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan organisme akan berlipat ganda
(Putranto, 2009)
2.6
Pengertian Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang
terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada
suhu 20 °C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga
untuk mendesain sistem pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Penguraian
zat organik adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat
organik maka bakteri akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama
proses biodegradable berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan
kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik yang
ditandai dengan timbulnya bau busuk.
2.7
Dampak Biological Oxygen Demand (BOD) Yang Terkandung Di Dalam Air Limbah
Dampak
potensial suatu proyek terhadap bod harus memperhitungkan limbah organik yang
berasal dari fase konstruksi dan operasi proyek, serta mempertimbangkan
sumber-sumber limbah yang masuk ke perairan (point dan non-point
sources). Selain itu juga perlu dipertimbangkan informasi yang ada
dalam pustaka-pustaka, seperti canter (1977), untuk memperhitungkan jumlah
limbah yang akan masuk ke perairan. Perhatian juga harus diberikan
pada dekomposisi bahan organik dalam perairan melalui proses perombakan
biologis. Model-model matematika dapat digunakan untuk menduga konsentrasi
bod dalam aliran sungai. Pendugaan dampak pembendungan aliran air
tehadap bod juga harus dilakukan kalau ada proyek pembangunan sumberdaya air
yang diikuti dengan pembendungan aliran air.
Rasionalitas yang melandasi kurva fungsional berikut
ini ialah bahwa bod sangat penting karena ia merangsang pengurangan oksigen
terlarut atau pertumbuhan organisme benthos yang tidak
diinginkan. Dalam aliran sungai yang lambat atau waduk, bod sebesar
5 mg/liter mungkin telah cukup untuk menimbulkan kondisi buruk, sedangkan
sungai-sungai di pegunungan yang aliran airnya deras dapat mengandung BOD 30
mg/liter atau lebih tanpa menimbulkan efek yang buruk. Hal ini
karena aliran sungai yang deras mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk
re-aerasi dan mencegah terjadinya akumulasi bahan organik di sedimen dasar.
Kurfa fungsional dari nsf berada di antara kedua kondisi ekstrem tersebut.
2.8 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
PARAMETER
|
SATUAN
|
KELAS
|
KETERANGAN
|
|||
KIMIA ORGANIK
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
DO
|
mg/L
|
6
|
4
|
3
|
0
|
angka batas minimum
|
BOD
|
mg/L
|
2
|
3
|
6
|
12
|
BAB
III
ISI
3.1
Waktu Dan Tempat
Pratikum
Hari/Tanggal : Kamis/ 31 Maret 2016
Pukul : 8.30 WIB – 11.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Poltekkes
Kemenkes Padang
3.2
Pemeriksaan DO
3.2.1
Alat
Nama Alat
|
Jumlah
|
Botol
Winkler 250 ml
Pipet
Ukur 100 ml
Buret
Erlenmeyer
500 ml
Corong
Botol
Sampel
Karet
Penghisap
Pipet
Tetes
|
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
|
3.2.2
Bahan
Bahan
|
Jumlah
|
Alkali
Iodida Azida
MnSo4
NaS2O7
0,025 N
H2SO4
Indikator
Amilum
|
2
ml
1
ml
Secukupnya
2
ml
1
ml
|
3.3
Cara Kerja
3.3.1 Pemeriksaan DO Pada Sampel Air Limbah
Analisis DO segera:
·
Ambil sampel air
limbah menggunakan botol winkler, lalu tutup botol winkler dan pastikan tidak
ada gelembung udara
·
Tambahkan 2 ml Alkali
Iodida Azida
·
Lalu tambahkan 1 ml MnSO4
·
Lalu homogenkan 12
kali
·
Diamkan beberapa 5 menit
sampai endapan terpisah dengan air limbah
·
Jika endapan
berwarna coklat maka air sampel mengandung oksigen
·
Lalu bawa ke
laboratorium untuk pemeriksaan DO
·
Pindahkan larutan
bening yang ada di botol winkler menggunakan pipet ukur atau dengan cara di
tuangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
·
Endapan di botol
winkler di tambahkan 2 ml H2SO4
·
Lalu homogenkan
dengan cara di goyangkan sampai tercampur dengan rata
·
Lalu endapan yang
berada di tabung winkler di pipet atau di tuangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
·
Lalu titrasi
menggunakan larutan NaS2O7 0,025
N sampai sampel berubah warna menjadi kuning muda dari
sebelumnya
·
Tambahkan 1 ml
indikator amilum sehingga warnanya berubah menjadi biru donker
·
Kemudian titrasi menggunakan
larutan NaS2O7 0,025 N sampai sampel berubah warna menjadi bening
·
Lalu catat
pemakaiannnya
·
Lalu masukan ke
dalam rumus
Hasil
pemakaian NaS2O7 0,025 N:
Rumus
perhitungan DO:
DO =
|
Keterangan
:
DO
= oksigen terlarut (mg O2 /l)
N =
normaliti
larutan Natrium Tio Sulfat
(ek/l)
V =
volume botol winkler (ml)
Sampel
|
18,65
|
DO
=
=
=
= 15,16
mg O2 /L
3.4
Pemeriksaan BOD
3.4.1
Alat
Nama Alat
|
Jumlah
|
Botol
Winkler 250 ml
Pipet
Ukur 100 ml
Pipet
Tetes
Erlenmeyer
2 Liter
Buret
Corong
Gelas
Ukur 1 Liter
Batang
Pengaduk
Botol
Sampel
Karet
Penghisap
|
4
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
1
Buah
2
Buah
1
Buah
|
3.4.2
Bahan
Bahan
|
Jumlah
|
Alkali
Iodida Azida
MnSo4
NaS2O7
0,025 N
H2SO4
Indikator
Amilum
MgSO4
FeCl3
CaCl2
Buffer
Fosfat
Aquadest
|
2
ml
1
ml
Secukupnya
2
ml
1
ml
2
ml
2
ml
2
ml
2
ml
Secukupnya
|
3.4.3
Pembuatan larutan pengenceran
·
Siapkan erlenmeyer
2 Liter
·
Lalu masukan 1
Liter aquadest ke dalam erlenmeyer 2 Liter menggunakan gelas ukur 1 Liter
·
Lalu masukan
larutan MgSO4, FeCl3, CaCl2, Buffe Fosfat dan sampel masing-masing 2 ml
·
Lalu tambahkan 990 ml aquadest pada erlenmeyer 500 ml
·
Lalu aerasikan
sampel selama 10 menit untuk menghomogenkan sampel
·
Lalu salin ke dalam
2 botol winkler 250 ml sampai penuh
·
Pada botol winkler
1 langsung masuk ke tahap analisa dan pada botol winkler 2 di diamkan di dalam
inkubator selama 5 hari dengan suhu 20oC
3.4.4 Pembuatan Larutan
Sampel
·
Siapkan erlenmeyer
1 Liter
·
Masukan sampel 125
ml menggunakan gelas ukur
·
Lalu tambahkan 875
ml sisa larutan pengencer ke dalam erlenmeyer
·
Lalu homogenkan
dengan batang pengaduk
·
Lalu masukan
larutan sampel ke dalam 2 botol winkler 250 ml, sampai tidak ada rongga lalu
tutup rapat
·
Pada botol winkler
3 langsung masuk ke tahap analisis dan pada botol winkler 4 di diamkan ke dalam
inkubator selama 5 hari dengan suhu 20oC
3.4.5 Pemeriksaan BOD
botol 1 dan 3
·
Siapkan botol 1 dan
3 yang telah berisi larutan pengencer dan larutan sampel
·
Lalu tambahkan 2 ml
MnSO4 dan 2 ml larutan alkali iodida azida menggunakan pipet ukur
·
Lalu tutup botol
winkler
·
Homogenkan dengan
cara di bolak-balik 12 kali
·
Diamkan 5 menit
sampai larutan mengendap
·
Pindahkan larutan
bening yang ada di botol winkler menggunakan pipet ukur atau dengan cara di
tuangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
·
Endapan di botol
winkler di tambahkan 2 ml H2SO4 pekat
·
Lalu homogenkan
dengan cara di goyangkan sampai tercampur dengan rata
·
Lalu endapan yang
berada di tabung winkler di pipet atau di tuangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
·
Lalu titrasi
menggunakan larutan NaS2O7 0,025
N sampai sampel berubah warna menjadi kuning muda dari
sebelumnya
·
Tambahkan 1 ml
indikator amilum sehingga warnanya berubah menjadi biru donker
·
Kemudian titrasi menggunakan
larutan NaS2O7 0,025 N sampai sampel berubah menjadi warna bening
·
Lalu catat
pemakaiannnya
·
Lalu masukan rumus
3.4.6
Pemeriksaan BOD 5 hari
·
Ambil sampel yang
telah di eramkan selama 5 hari di inkubator
·
Tambahkan 2 ml Alkali
Iodida Azida
·
Lalu tambahkan 2 ml MnSO4
·
Lalu homogenkan dengan
cara di bolak-balik 12 kali
·
Diamkan beberapa 5
menit sampai endapan terpisah dengan air limbah
·
Jika endapan
berwarna coklat maka air sampel mengandung oksigen
·
Pindahkan larutan
bening yang ada di botol winkler dengan cara di tuangkan ke dalam erlenmeyer
500 ml
·
Endapan di botol
winkler di tambahkan 2 ml H2SO4
·
Lalu homogenkan
dengan cara di goyangkan sampai tercampur dengan rata
·
Lalu endapan yang
berada di tabung winkler di pipet atau di tuangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
·
Lalu titrasi
menggunakan larutan NaS2O7 0,025
N sampai sampel berubah warna menjadi kuning muda dari
sebelumnya
·
Tambahkan 2 tetes
indikator amilum sehingga warnanya berubah menjadi biru donker
·
Kemudian titrasi menggunakan
larutan NaS2O7 0,025 N sampai sampel berubah warna menjadi bening
·
Lalu catat
pemakaiannnya
·
Lalu masukan ke
dalam rumus
BOD
0 hari:
·
Blanko (1)
Sampel
|
9,65
|
DO
=
=
=
=
15,97 mg O2 /L
·
Sampel (3)
Sampel 1
|
19,7
|
DO
=
=
=
= 27,80
mg O2 /L
BOD
5 hari
·
Blanko (2)
Sampel
|
10,1
|
DO
=
=
=
=
8,21 mg O2 /L
·
Sampel (4)
Sampel 1
|
50,2
|
DO
=
=
=
= 9,26
mg O2 /L
Perhitungan
BOD
Rumus
Perhitungan BOD:
|
Keterangan
:
X0
= DO nol hari sampel (mg O2 /L)
X5
= DO lima hari sampel (mg O2 /L)
B0
= DO nol hari blanko (mg O2 /L)
B5
= DO lima hari sampel (mg O2 /L)
P =
Derajat pengenceran ( pada tabel yaitu 0,125)
Cara
perhitungan larutan:
BOD =
=
=
=
=
= 82,8
mg O2 /L
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
|
ANALISIS
|
HASIL
|
PH
|
SUHU
|
STANDAR PERMENKES NO 82 TAHUN 2001
|
1.
|
DO
|
15,16mg/l
|
7
|
33oC
|
Maks 6 mg/l serta Min 0 mg/l
|
2.
|
BOD
|
82,8 mg/l
|
7
|
33oC
|
Maks 12 mg/l
|
4.2 Pembahasan
Dari pratikum pemeriksaan parameter DO sampel air limbah
didapatkan hasilnya yaitu 15,16 mg/l. Dan standar DO menurut PP No.
82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air = maks 6 mg/l dan min 0 mg/l, Jadi
sampel yang diperiksa adalah air yang tidak memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Dari
pratikum pemeriksaan parameter BOD sampel air limbah didapatkan hasilnya yaitu 82,8 mg/l. Dan standar BOD PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air = maks 12 mg/l. Jadi sampel yang diperiksa
adalah air yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dalam
pengambilan sampel air sungai di lakukan dengan cara memiringkan botol sampel
45o dengan searah arus aliran sungai. Dari percobaan yang praktikan
lakukan untuk menentukan kualitas air limbah dilihat dari kandungan DO dan BOD
dapat disimpulkan bahwa sampel air limbah yang di periksa untuk di uji
mutunya,kualitas air tersebut kurang. Ini dapat mempengaruhi kehidupan
organisme yang terdapat dalam air tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan
karena kurangnya oksigen terlarut. Dan juga dapat diperhatikan bahwa sampel
yang diberikan mengandung banyak bahan kimia yang akan menyerap oksigen terlarut.
Dari
pratikum pemeriksaan parameter DO sampel air limbah didapatkan hasilnya yaitu 15,16mg/l. Dan standar DO menurut PP No.
81 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air = maks 6 mg/l dan min 0 mg/l, Jadi
sampel yang diperiksa adalah air yang tidak memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Dari
pratikum pemeriksaan parameter BOD sampel air limbah didapatkan hasilnya yaitu 82,8mg/l. Dan standar BOD PP No. 81 tahun 2001
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air = maks 12 mg/l. Jadi sampel yang
diperiksa adalah air yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
peraturan pemerintah.
5.2
Saran
Bagi industri yang
membuang limbahnya sembarangan harus di oleh terlebih dahulu agar tidak ada
orang atau makhluk hidup yang dirugikan dikemudian hari. Masyarakat juga dapat
membedakan bagaimana ciri-ciri fisik jika air memiliki tingkat DO dan BOD
rendah seperti timbulnya bau busuk pada air sungai.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.airproducts.co.id/ind/environmental/BOD_COD.htm:
diakses 22 Februari 2016
Anita, Agnes. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS,
dan MPN Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di Rsud
Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 97-110.
Purwanti. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam
Laboratorium IPA. Yogyakarta: SMPN 3 Gamping
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan
Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan.Oseana. 30(3): 21-26.
Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45.
2002. Baku Mutu Limbah Cair Bagi industri atau kegiatan usaha Lainnya di
Jawa Timur. Jawa Timur.
Sutimin. 2006. Model Matematika Konsentrasi Oksigen
Terlarut Pada Ekosistem Perairan Danau. Jurnal Lingkungan . 1(1):1-5.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapus› Borgata-Hotel-Casino › Borgata-Hotel-Casino Borgata Hotel 안동 출장마사지 Casino & 속초 출장샵 Spa is Atlantic City's newest luxury resort with 5 평택 출장샵 restaurants, a full-service spa, and 2 coffee shops. 화성 출장샵 A world-class Rating: 2 Review 대전광역 출장샵 by Mya Bargain